
Hidup mengikuti arah angin sungguh enak , nyaman ,tidak menguras pikiran dan sangat menguntungkan.Akan tetapi terkadang kita dihadapkan pada sebuah pilihan.Pilihan antara nurani ................Hidup adalah perjuangan, perjuangan butuh pengorbanan, pengorbanan itu penderitaan...pahit.....Tapi yakinlah jika kebenaran yang diperjuangkan pasti akan mendapatkan kemenangan.Walaupun entah kapan.
Begitupun dengan perjalanan hidupku,terpaksa harus melawan arus :
Semasa aku maka masih duduk dibangku SLTP, persisnya ketika masa ORBA sedang berjaya.Proses kuningisasi sangatlah gencar,apapun jenis peluang baik peluang untuk PNS maupun suastapun harus memenuhi persyaratan kuning'dan bebas dari keterlibatan Exs.Meskipun tidak satupun keluargaku yang terlibat,saya sangat menentang kebijakan itu.Karena menurut pandanganku"orang yang mulia disisi Allah adalah yang bertaqwa"Katakanlah aku anti kuning waktu itu,aku lebih memilih arus lain walaupun dikucilkan, aku terus melawan arus.Sampai akhirnya masa reformasipun tiba,dan tumbanglah ORBA.
Pada umumnya selepas lulus SLTA semua orang menghendaki langsung dapat peluang kerja.Tapi tidak untukku,semenjak duduk di SLTA aku sudah merencanakan untuk facum (tidak kerja) selepas lulus SLTA minimal 2 tahun.Mengapa?Aku ingin menikmati dan mengalami hidup lebih bermasyarakat mengerti tentang segi dan liku peran perjalanan hidup seseorang , aku memilih bergaul dengan teman yang tidak bisa sekolah hingga SLTA.Temanku buruh bangunan,kuli,nelayan ,penggembala, pengojek dll .Praktis akupun melakoni kehidupan seperti yang mereka jalani.Meski begitu aku tetap punya karakter dan prisnsip tersendiri.Yach kira kira 2 tahun lebihlah.Dan Alhamdulillah akhirnya akupun dapat kerja di luar kota, tepatnya di Ibukota Jawa Tengah.Disitulah awal karirku dan hingga kini kulakoni sebagai karyawan kantoran walaupun di perusahaan suasta,tapi kehidupanku Alhamdulillah lebih baik dari temanku yang lain.
Perjalanan hidup mengejar karir tidak lah selalu mulus.Ini kualami saat kerja di Semarang sebagai Accounting dan masih berumur 23 tahun. Tanpa disangka tiba tiba perusahaan memberikan kebijakan yang sangat Irasional.Bayangkan saja, Gaji untuk karyawan yang baru disama ratakan.Artinya baik yang lulus Sarjana,SLTA,SLTP ,SD dan yang tak punya ijazah sama.Ini sungguh kebijakan yang sungguh gila menurutku.Inikah adil.....nurani ku bergejolak...apakah adil berarti sama rata.......tidak...!!.. Sebenarnya banyak rekan sekerjaku yang berontak namun tidak berani ambil sikap yang tegas,pilih diam dan hanya ngedumel.Tapi tentu saja tidak buatkku.Aku mengambil sikap dan harus berurusan dengan wakil kepala pabrik,karena General Managernya kabur entah kemana.
Aku sangat menentang kebijakan itu,hampir 3 bulan aku tidak beraktivitas walaupun tiap hari hadir.Sudah kuperhitungkan akhirnya aku diskors dan dimutasikan ke bagian produksi.Aku terus menentang,hingga akhirnya perusahaan mengalah( kalah ).Aku dipanggil personalia dan kembali ditempatkan di departemen Accounting.Gajikku pun akhirnya dinaikkan 100 % lebih.
Peristiwa lain terus terjadi,saat itu aku bekerja di Subang .Aku berselisih dengan atasan ku sendiri yang seorang Expatriate.Semula aku berusaha untuk menyesuaikan,tapi akhirnya aku jengah juga melihat sikapnya yang selalu mengandalkan ketiggian kastanya sehingga kurang kooperatif dengan sesama atasan.Banyak temanku yang juga sangat tidak suka dengan pimpinanku tersebut.Maunnya selalu dihormati tapi tidak mau menghormati kerja dan status orang lain.Akupun pilih mengundurkan diri.Dalam proses itu terjadailah insiden, absensi dicoret secara sepihak tanpa melalui mekanisme yang ada.Kontan aku melawan , ternyata nyali mereka ciut dan hanya bisa lari minta perlindungan orang lain.Akhirnya akupun dimutasi ( diasingkan ) ke Tangerang disebuah pabrik yang masih satu group.Dipabrik baru itu aku banyak mendapat keuntungan, disamping pengalaman aku dapat banyak teman yang akhirnya membantu proses perjalanan karirku.Waktu demi waktu terus berjalan, sampai akhirnya berselang satu tahun aku kembali ditempatkan diKarawang menggantikan Manager lain yang pindah divisi.
Sekian tahun diKarawang , perusahaan terus mengalami tekanan secara financial sebagai akibat krisis moneter dan kebijakan ekonomi pemerintah yang kurang jelas pasca reformasi.Hingga akhirnya terjadi PHK masal secara besar besaran.Banyak temanku yang di PHK pada gelombang I dan II.Sebenarnya untuk gelombang III aku ditawari untuk bertahan , tapi aku pilih tetap masuk daftar PHK .Aku ingin merasakan bagaimana senasib dengan teman teman karyawan yang lain.Aku lebih memilih jalur karir yang lain, yach aku merasakan bagaimana suka dukanya hidup akibat korban PHK.Tapi nasib berkata lain,kehendak Allah aku akhirnya mendapat tawaran kerja baru diJakarta sebagai Assistan Manager Accounting di sebuah perusahaan Outomotif di Jakarta.Hanya satu tahun aku bekerja diperusahaan ini,karena perusahaan ini mengalami konflik internal antar pemegang saham.Akhirnya semua karyawan diPHK. dan akupun mendapat pesangon lagi.Walaupun begitu aku dikasih kesempatan terus kerja walaupun dengan sistem kontrak.Tapi rupanya perusahaan tempat kerjaku yang dulu mulai bangkit, dan memerlukan seorang Accounting.Akupun dipanggil lagi dan di tempatkan dikantor pusat ( Jakarta ) dengan tawaran gaji baru.Mudah mudahan ini awal kebangkitan yang kedua karirku diperusahaan ini.
Meskipun kini aku disibukkan dengan aktivitas kerja yang tergolong cukup padat, tetap ku se mpatkan untuk kuliah.Mengais disela sela waktu kerja yang sempit, berpacu antara prestasi belajar dan prestasi kerja, mengorbankan perhatian terhadap keluarga itulah perjalan yang harus kujalani sekarang.Bukan tanpa hambatan,hambatan financial bisa kulewati, hambatan waktu kini jadi kendala karena sebuah sistem kebijakan yang inkonsisten di tempat kuliahku.Kami diperlakukan sebagaimana mahasiswa reguler , entah dengan alasan yang tidak bisa kami mengerti.Banyak keluh kesah antara teman sekuliahku,tapi apa daya mereka tidak memiliki keberanian sikap , takut bermasalah sama dosen ataupun alasan alasan lain.Bahkan beberapa teman kuliahku mendapatkan nilai ambruk akhir semester lalu tentu termasuk aku.Kini naluriku kembali terpanggil untuk meluruskan kebijakan yang menurutku sangat merugikan.Ku ambil sikap.............mudah mudahan Allah memberi jalan bagi kami.Kemenangan bagi kami semua.
Hidup adalah sebuah ketentuan, ketentuan taqdir yang tentunya terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita dambakan.Untuk itulah hidup harus dijalani dengan penuh keberanian.Keberanian yang tentu saja harus diperhitungkan, sehingga tidak menimbulkan keraguan.Prinsipku " Yen wedi ojo wani - wani, Yen wani ojo wedi - wedi " artinya " Kalau takut jangan coba coba berani tapi kalau sudah berani jangan takut- takut".
Ingatlah saat Rasulullah menjalani perang Badar,meski kekuatan tidak berimbang dengan keyakinan yang teguh dan semangat juang mantap akhirnya dapat pertolongan ( kemenangan ).
Begitupun dengan perjalanan hidupku,terpaksa harus melawan arus :
Semasa aku maka masih duduk dibangku SLTP, persisnya ketika masa ORBA sedang berjaya.Proses kuningisasi sangatlah gencar,apapun jenis peluang baik peluang untuk PNS maupun suastapun harus memenuhi persyaratan kuning'dan bebas dari keterlibatan Exs.Meskipun tidak satupun keluargaku yang terlibat,saya sangat menentang kebijakan itu.Karena menurut pandanganku"orang yang mulia disisi Allah adalah yang bertaqwa"Katakanlah aku anti kuning waktu itu,aku lebih memilih arus lain walaupun dikucilkan, aku terus melawan arus.Sampai akhirnya masa reformasipun tiba,dan tumbanglah ORBA.
Pada umumnya selepas lulus SLTA semua orang menghendaki langsung dapat peluang kerja.Tapi tidak untukku,semenjak duduk di SLTA aku sudah merencanakan untuk facum (tidak kerja) selepas lulus SLTA minimal 2 tahun.Mengapa?Aku ingin menikmati dan mengalami hidup lebih bermasyarakat mengerti tentang segi dan liku peran perjalanan hidup seseorang , aku memilih bergaul dengan teman yang tidak bisa sekolah hingga SLTA.Temanku buruh bangunan,kuli,nelayan ,penggembala, pengojek dll .Praktis akupun melakoni kehidupan seperti yang mereka jalani.Meski begitu aku tetap punya karakter dan prisnsip tersendiri.Yach kira kira 2 tahun lebihlah.Dan Alhamdulillah akhirnya akupun dapat kerja di luar kota, tepatnya di Ibukota Jawa Tengah.Disitulah awal karirku dan hingga kini kulakoni sebagai karyawan kantoran walaupun di perusahaan suasta,tapi kehidupanku Alhamdulillah lebih baik dari temanku yang lain.
Perjalanan hidup mengejar karir tidak lah selalu mulus.Ini kualami saat kerja di Semarang sebagai Accounting dan masih berumur 23 tahun. Tanpa disangka tiba tiba perusahaan memberikan kebijakan yang sangat Irasional.Bayangkan saja, Gaji untuk karyawan yang baru disama ratakan.Artinya baik yang lulus Sarjana,SLTA,SLTP ,SD dan yang tak punya ijazah sama.Ini sungguh kebijakan yang sungguh gila menurutku.Inikah adil.....nurani ku bergejolak...apakah adil berarti sama rata.......tidak...!!.. Sebenarnya banyak rekan sekerjaku yang berontak namun tidak berani ambil sikap yang tegas,pilih diam dan hanya ngedumel.Tapi tentu saja tidak buatkku.Aku mengambil sikap dan harus berurusan dengan wakil kepala pabrik,karena General Managernya kabur entah kemana.
Aku sangat menentang kebijakan itu,hampir 3 bulan aku tidak beraktivitas walaupun tiap hari hadir.Sudah kuperhitungkan akhirnya aku diskors dan dimutasikan ke bagian produksi.Aku terus menentang,hingga akhirnya perusahaan mengalah( kalah ).Aku dipanggil personalia dan kembali ditempatkan di departemen Accounting.Gajikku pun akhirnya dinaikkan 100 % lebih.
Peristiwa lain terus terjadi,saat itu aku bekerja di Subang .Aku berselisih dengan atasan ku sendiri yang seorang Expatriate.Semula aku berusaha untuk menyesuaikan,tapi akhirnya aku jengah juga melihat sikapnya yang selalu mengandalkan ketiggian kastanya sehingga kurang kooperatif dengan sesama atasan.Banyak temanku yang juga sangat tidak suka dengan pimpinanku tersebut.Maunnya selalu dihormati tapi tidak mau menghormati kerja dan status orang lain.Akupun pilih mengundurkan diri.Dalam proses itu terjadailah insiden, absensi dicoret secara sepihak tanpa melalui mekanisme yang ada.Kontan aku melawan , ternyata nyali mereka ciut dan hanya bisa lari minta perlindungan orang lain.Akhirnya akupun dimutasi ( diasingkan ) ke Tangerang disebuah pabrik yang masih satu group.Dipabrik baru itu aku banyak mendapat keuntungan, disamping pengalaman aku dapat banyak teman yang akhirnya membantu proses perjalanan karirku.Waktu demi waktu terus berjalan, sampai akhirnya berselang satu tahun aku kembali ditempatkan diKarawang menggantikan Manager lain yang pindah divisi.
Sekian tahun diKarawang , perusahaan terus mengalami tekanan secara financial sebagai akibat krisis moneter dan kebijakan ekonomi pemerintah yang kurang jelas pasca reformasi.Hingga akhirnya terjadi PHK masal secara besar besaran.Banyak temanku yang di PHK pada gelombang I dan II.Sebenarnya untuk gelombang III aku ditawari untuk bertahan , tapi aku pilih tetap masuk daftar PHK .Aku ingin merasakan bagaimana senasib dengan teman teman karyawan yang lain.Aku lebih memilih jalur karir yang lain, yach aku merasakan bagaimana suka dukanya hidup akibat korban PHK.Tapi nasib berkata lain,kehendak Allah aku akhirnya mendapat tawaran kerja baru diJakarta sebagai Assistan Manager Accounting di sebuah perusahaan Outomotif di Jakarta.Hanya satu tahun aku bekerja diperusahaan ini,karena perusahaan ini mengalami konflik internal antar pemegang saham.Akhirnya semua karyawan diPHK. dan akupun mendapat pesangon lagi.Walaupun begitu aku dikasih kesempatan terus kerja walaupun dengan sistem kontrak.Tapi rupanya perusahaan tempat kerjaku yang dulu mulai bangkit, dan memerlukan seorang Accounting.Akupun dipanggil lagi dan di tempatkan dikantor pusat ( Jakarta ) dengan tawaran gaji baru.Mudah mudahan ini awal kebangkitan yang kedua karirku diperusahaan ini.
Meskipun kini aku disibukkan dengan aktivitas kerja yang tergolong cukup padat, tetap ku se mpatkan untuk kuliah.Mengais disela sela waktu kerja yang sempit, berpacu antara prestasi belajar dan prestasi kerja, mengorbankan perhatian terhadap keluarga itulah perjalan yang harus kujalani sekarang.Bukan tanpa hambatan,hambatan financial bisa kulewati, hambatan waktu kini jadi kendala karena sebuah sistem kebijakan yang inkonsisten di tempat kuliahku.Kami diperlakukan sebagaimana mahasiswa reguler , entah dengan alasan yang tidak bisa kami mengerti.Banyak keluh kesah antara teman sekuliahku,tapi apa daya mereka tidak memiliki keberanian sikap , takut bermasalah sama dosen ataupun alasan alasan lain.Bahkan beberapa teman kuliahku mendapatkan nilai ambruk akhir semester lalu tentu termasuk aku.Kini naluriku kembali terpanggil untuk meluruskan kebijakan yang menurutku sangat merugikan.Ku ambil sikap.............mudah mudahan Allah memberi jalan bagi kami.Kemenangan bagi kami semua.
Hidup adalah sebuah ketentuan, ketentuan taqdir yang tentunya terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita dambakan.Untuk itulah hidup harus dijalani dengan penuh keberanian.Keberanian yang tentu saja harus diperhitungkan, sehingga tidak menimbulkan keraguan.Prinsipku " Yen wedi ojo wani - wani, Yen wani ojo wedi - wedi " artinya " Kalau takut jangan coba coba berani tapi kalau sudah berani jangan takut- takut".
Ingatlah saat Rasulullah menjalani perang Badar,meski kekuatan tidak berimbang dengan keyakinan yang teguh dan semangat juang mantap akhirnya dapat pertolongan ( kemenangan ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar